Senja meredup…
Emosi memudar samar perlahan
Ditelan gelap aku berjalan
Pelan, hingga tak terbangun sang penguasa malam karenaku
Kuhela ceria…kuhembuskan keras pada buana…
Aku bahagia, cukup begini saja
Jangan kau tambahkan bumbu perasa bila kau tak suka
Aku telah mengalahkanmu malam
Aku belum terlelap, saat tiga jam sudah kau menetap
Menetap bagai selimut surga bagi sang pengelana
Pengelana yang tak pernah percaya batas usia itu ada
Hingga sorak menjadi puisi pengisi sepi
Sepi…dan akhirnya belia itu berhenti tanpa arti
Aku lelah, biar kubagi cerita hari ini esok malam saja
Karena cerita kemarin telah lenyap ditelan lupa
Aku pelupa…..maka biarkan saja.
Koran pagi sudah tersaji, tapi penjual korannya sudah pergi. Kok dia tidak meninggalkan semangkuk bubur juga sekalian, nanti aku mau usul sama dia untuk membuat paket langganan lengkap, koran dan sarapan.Kubaca lembar demi lembar, halaman demi halaman, banyak sekali, jadi kapan habisnya, tapi aku orang yang sabar, kucicil terus sedikit demi sedikit, mulai dari berita perampokan, pengangkatan gubernur baru, soal perkawinan Anisa Tri Hapsari, loh…ini kan bukan koran gosip, kenapa ada berita itu, tenang yang tadi itu kan iklan tentang make-up pengantin, memangnya artis itu kawin disini, bukannya di Jakarta, kira-kira mas kawinnya apa ya? Kayaknya mobil mewah, atau pulau kecil, atau anak sapi delapan, tuh kan aku malah ikut-ikutan menggosip, cukup ah…nanti jadi dosa.
Pontianak memang indah, lihat itu langit yang biru, sungai yang mengalir sampai jauh seperti bengawan Solo, tapi ini tentunya jauh lebih besar, lihat itu truk kecil berisi babi yang sudah dapat giliran dipotong untuk kemudian dibawa ke restoran-restoran untuk dijadikan campuran nasi, selamat jalan beb, kau sudah mejalankan tugasmu sebagai mahluk hidup, walaupun aku tak mau memakanmu. Panas, seperti biasanya, tapi tetap saja indah, dengan sesekali dihiasi bau dari pabrik karet, dan itu membuatku lapar, karetnya….bukan lah tentunya, aku bukan mahluk pemakan biji karet, tapi bercerita semua ini kan butuh energi dan membuatku lapar.
Belok aku ke sebuah kios penjual bubur pedas, yang sebenarnya rasanya tidak pedas, kenapa namanya seperti itu? Aku tak yakin juga ya, mungkin saat menciptakannya dulu bersamaan dengan terciptanya keripik pedas, dan gulai pedas, jadi biar tidak dianggap tidak kompak dan dianak tirikan, maka namanya dibuat bubur pedas. Makanan yang cukup beradab untuk pagi ini, walaupun ini akan membuka peluang untuk aku lancar buang air nanti di tempat meeting, biarkanlah….itu kan hal yang wajar-wajar saja, orang pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan sesuatu dari lubang anus kan bukan hal yang istimewa.Semangkuk sudah bubur itu kuhabiskan, lalu mangkuk kedua datang karena aku ternyata masih belum kenyang, setelah mangkuk kedua habis baru aku minum segelas es teh manis, dingin sekali, terus kubayar. Lalu aku berniat untuk meninggalkan tempat itu untuk segera menuju tempat meeting, tapi tak bisa, kenapa? Apa uangnya kurang? Atau si ibu penjual bubur masih ingin curhat denganku? Bukan itu, aku tak bisa pergi karena ban belakang mobilku bocor….ya ampun, sial lagi, mana mobil sebesar ini, pasti aku gak akan bisa membuka baut-baut bannya hanya dengan bantuan tang dan kekuatan lenganku, itu berarti aku harus mencari alat yang diciptakan secara khusus untuk membukanya, dan ternyata ada, tepat di bawah jok supir, aku cium dulu, siapa tahu kan bau kentut, soalnya setiap aku meyetir mobil selalu berbagi udara segar dari pantatku itu ke seluruh ruangan mobil. Ternyata alat itu tidak bau, tapi membukanya sulit sekali, membuka satu baut saja sudah cukup membuatku menarik nafas panjang, sepertiya aku harus semakin rajin berlatih yoga untuk memperkuat nafasku…memang ngaruh ya?! Akhirnya selesai juga semua baut aku buka, lalu kubawa ban itu dengan cara digelindingkan, tadinya mau kuangkat ke atas pundak, tapi ternyata berat. Tak seberapa jauh dari mobilku ada bengkel tambal ban, pasti dia seorang penambal ban handal, karena kulihat ada kunci pas dan obeng yang kulihat di bengkel itu, atau kondisi ban di Pontianak pada beberapa hari ini sedang kurang fit, sehingga banyak sekali yang bocor dan pecah. Sekarang giliranku, aku tanya pada si tukang bengkel apakah ban dalamku harus diganti, ternyata tidak, lho kenapa, saya mampu bayar kok pak?! Bannya ternyata tidak bocor, hanya kurang angin saja, jujur sekali tukang bengkel ini, coba kalau di tempat lain, yang sebenarnya tidak bocorpun dia buat agar jadi bocor. Dia tanya lagi dimana aku simpan mobilku, tuh kan dia perhatian pula. Dia bilang kenapa aku gak ngomong kalau mobilnya bocor tidak jauh dari bengkel, yeh…aku kan tidak berniat bocor pak, kalau tadi aku berniat lebih baik kan bocor ban di dekat dealer mobilku saja, kan lebih mudah. Dia menjelaskan lagi, maksudnya kan kalau hanya dekat begitu dia bisa membawa alat-alat pompanya ke dekat mobil, lagipula kalau hanya kurang angin kan tidak perlu dibuka bannya seperti ini. Ya ampun bang, janganlah membuat perjuanganku tadi terkesan sia-sia, abang tega sekali.
Tiba juga aku di sebuah kafe, disana aku akan meeting, tepatnya presentasi desainku kepada klien, dan tentu saja kalau dia senang dia akan memberiku uang, tapi lewat pak Marlan, terus pak Gilda ikutan minta upeti, masuk bagian keuangan dan administrasi, barulah akhir bulan nanti aku dapat bagian, sungguh sistem yang rumit, mending jualan bayam, aku berikan bayamku pada pembeli, pembeli memberi aku sejumlah uang, sederhana sekali bukan?!Aku jelaskan konsep dekorasi rumah itu pada sang klien, dia bertanya, lalu kujawab, dia tanya lagi, terus kujawab lagi, terus seperti itu sampai beberapa jam lamanya, aku terangkan kalau kayu itu memberi kesan alami dan kedamaian, aku jelaskan pula bahwa atap berwarna biru itu memberikan kesan dingin dan segar, padahal dalam hati aku tidak yakin akan hal itu, menurutku merah justru kesannya lebih segar, karena aku lebih sukafanta dibandingkan denganpepsi blue, apalagi dingin-dingin di siang bolong. Tapi kemudian dia tersenyum, tandanya dia senang pada desainku, lalu dia tanda tangan surat perjanjian, disertai pula selembar cek, angka nolnya banyak sekali, mirip dengan iklan perusahaan telekomunikasi swasta yang mempromosikan biaya telephon per menitnya dengan banyak sekali nol di belakang koma. Meeting berakhir, kita bersalaman tanda setuju. Dan semua meninggalkan ruangan dengan tanpa beban dan dendam, padahal kan disini enak sekali, dingin karena AC, mempercepat adanya kerutan bagi orang-orang yang terlalu sering merasakannya, maka akupun ikut keluar karena tak mau ikutan keriput dengan cepat.
Sekarang jam lima sore, hari masih terang, laporan sudah kuserahkan ke kantor, lalu apalagi sekarang, mungkin enak gangguin orang, tapi takut dosa, mending cari buku, lebih bermanfaat, pergilah aku ke toko buku besar yang ada di sebuah mall, keliling-keliling mencari sesuatu yang akupun tak tahu, mungkin ada pekerja toko buku yang melihatku kebingungan dan mencoba membantu, dia bertanya padaku apakah ada yang bisa dia bantu, aku mau meminta tolong dia untuk membantuku mengecat rumah tidak tega juga, soalnya dia perempuan, “ Ada buku tentang tata cara merebus anak gorilla biar matangnya merata tidak mba ya? “ Sang penjaga toko buku bingung, lalu dia memanggil temannya, yang ini pria, lalu si penjaga toko yang perempuan menyampaikan maksud yang aku cari pada penjaga toko yang pria…dasar comel…si penjaga toko yang pria itupun ikut bingung, lau ia menanyakan buku yang saya cari pada temannya, yang ini laki-laki, terus si penjaga toko laki-laki bilang pada si penjaga toko pria mungkin yang aku maksud buku tentang anatomi gorilla, dan si penjaga toko pria menyampaikannya padaku, lalu aku menjawabnya karena kasihan, “ Tapi gorillanya direbus tidak, soalnya di toko sebelah ada, tapi gorillanya dimasak bumbu asam manis.”Si penjaga toko laki-laki geleng kepala, si penjaga toko pria juga ikut-ikutan geleng-geleng kepala, si penjaga toko yang perempuan gak ikutan karena ia tidak tahu apa-apa, lalu akupun pamit mau mencari buku yang lain saja, si penjaga toko pria, dan penjaga toko perempuan mempersilakan sambil melambaikan sapu tangan, penjaga toko yang laki-laki entah kemana, mungkin dia menanyakan pada teman-teman penjaga toko yang wanita soal buku menu gorilla bumbu kari.
Aku tak memperdulikannya lagi, karena aku segera pergi, keluar dari toko buku tersebut. Sekarang aku ke toko ponsel, bukan mau mencari ponsel khusus gorilla, tapi aku mau membeli pulsa, karena aku harus menelepon Jani jam berapa dia pulang kerja? Apakah aku harus menjemputnya? Layakkah aku ada di pintu kantornya saat ia pulang nanti? Apa baju yang pantas untuk menjemputnya di hari Sabtu ini? Terus aku juga mau bertanya apakah Sabtu malam dengan malam Minggu itu sama, kalau sama kenapa ia tidak pernah memintaku menjemputnya Sabtu malam? Lalu pulsa dua puluh ribu terisikan ke ponselku, saat aku hendak menelepon , tiba-tiba ada pesan singkat dari Jani, seperti ini :
“ ass..sayang jangan lupa ini sabtu malam, nanti jemput aku jam tujuh ya, pakai kemeja yang rapi, nanti malam kan kita mau makan malam sama mama.”
Lalu kujawab :
“WS….masa sih?”
Jani tidak menjawab lagi, mungkin Jani sedang sibuk.
0 comments:
Post a Comment