Saturday, May 23, 2009

Satu bab tugas akhirku sudah selesai, cepat bukan….bukan lah. Jakarta panas, hampir mirip Pontianak, tapi di Pontianak tidak bau sampah dan knalpot, tapi aku belum berniat untuk segera pulang ke Bogor, ada urusan penting yang harus aku selesaikan dulu hari ini, penting sekali, apa itu….potong rambut tentunya, baiklah mari kita melangkah ke salon.

Bangunan seksi kokoh berdiri diantara riuhnya suara laju kereta dalam kota dan anak-anak kecil yang sedang menyulap paku beton ukuran besar menjadi obeng negatif, loh bagaimana caranya…?...Ya, tentu saja dengan meletakkannya di atas rel kereta api saat kereta akan melintas, setelah kereta berlalu…abrakadabra….jadilah obeng negatif, untuk apa alat itu bagi mereka, entahlah, aku belum sempat melakukan penelitian atas itu. Dan aku sudah sampai juga di bangunan aneh itu, kelam, banyak grafiti yang entah maksudnya gambar mahluk apa, tapi yang pasti seram, walaupun kadang terlihat lucu, kalau aku bilang ini studio tatto sebenarnya lebih cocok, beberapa orang laki-laki dan perempuan yang didaulat menjadi karyawan disitu bertampang sangar, telinga penuh tindikan, lengan tattoan, ngomong sembarangan, idung meler ingusan, jalan ngesot sambil pegang kaleng susu bekas sambil nyanyi kangen band…..serius??? Tentu saja yang tiga hal terakhir itu tidak, tapi benar tampang mereka sungguh tidak cocok dengan profesi yang disandangnya, harusnya yang mereka pegang itu gitar listrik, minimal botol minuman, tapi apa kau tahu apa yang ada di tangan dan saku belakang celana mereka….ya, gunting cukur dan sisir, hebat bukan, mereka berlima sepakat mendirikan sebuah salon yang entah disengaja atau tidak sungguh jauh dari image kandang para wanita setengah tiang yang punya perbendaharaan bahasa sendiri yang hanya kelompok mereka saja yang tahu, tiga orang perempuan dengan umur mungkin tidak jauh beda dengan umurku, dan dua orang laki-laki kolektor besi di hidung mereka yang siap melayanimu di kursi keramas, dan tenang saja, mereka berdua tidak akan menggerayangimu sambil ngomong, “ Pulang kerja mas….cape ya…mau eyke pijit lehernya….?” Walah, buang jauh-jauh pikiranmu tentang itu.

Dan salah satu pekerja wanita disitu mulai memasangkan kain berwarna hitam di badanku, helai demi helai rambutku selesai dieksekusi, dia tanya mau model rambut apa, aku bilang terserah, dia nampak bingung, kasian aku melihatnya, lalu aku beri petunjuk lagi padanya untuk memotong rambutku seperti laki-laki pada umumnya, dengan pribadi mempesona, mengeluarkan aura berwibawa pada para wanita, memberi kesan rapi sekaligus tetap trendi, apakah itu cukup menolong wanita itu….tentu saja tidak, dia malah makin bingung, ya sudah aku bilang dia untuk merapikan saja rambutku sedikit lebih pendek.

Selesai sudah rambutku dirawat hari itu, sebelum aku melangkah keluar salah satu perempuan disitu mengahmpiriku, Astria namanya, darimana aku tahu, karena dia teman SMA aku dulu, ia bisikkan sebuah pesan padaku, ada seseorang yang ingin bertemu denganku di Blok S nanti malam, seorang wanita yang beberapa bulan ini memberi cerita lain di hidupku, hubungan terhalang jarak dan tentu saja terhalang oleh status kita berdua yang tidak memungkinkan kita untuk melanjutkan kisah ini menjadi prosa baru berjudul "bahagia selamanya".

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 karma sang fajar. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.